Jumat, 28 Oktober 2011

Budidaya Lele


Laporan Praktikum                        Hari/tanggal    : Kamis, 11 Januari 2010
m.k Dasar-dasar Akuakultur         Asisten            : 1. Anita Bidaryati
                                                                                2. Muhammad Ahya Rafiuddin
                                                                                3. Uthami Nagin Lestari
                                                                                4. Vika Yuniar
                                                                                5. Wildan Jalaludin Rahman




PEMBESARAN IKAN LELE Clarias sp.





Disusun oleh :
Intan Rukiyah
C34080076








image002










DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
I.                  PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
            Pembesaran (growout) adalah suatu kegiatan pemeliharaan ikan yang bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Dalam kegiatan ini, ikan di dorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran yang optimal untuk dikonsumsi melalui penyediaan lingkungan media hidup ikan yang baik dan pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, cara, dan waktu serta pengendalian hama penyakit. Ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang cukup populer di masyarakat. Budidaya yang lebih intensif dan terkontrol selain telah terbukti mampu meningkatkan nilai produksi juga mampu meyakinkan masyarakat akan aspek higienitas ikan lele sebagai komoditas yang layak dikonsumsi sebagai sumber protein hewani (Machditiara, 2003).
            Kegiatan budidaya yang sedang berkembang dengan sangat pesat hingga saat ini adalah kegiatan budidaya ikan lele karena ikan jenis ini merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hal ini disebabkan ikan tersebut mempunyai kelebihan bila dibandingkan ikan air tawar lainnya, antara lain pemeliharaannya yang mudah, cepat tumbuh dan besar dalam waktu  yang relatif singkat. Ikan lele juga merupakan ikan yang tahan terhadap penyakit dan pemeliharaannya tidak membutuhkan biaya yang banyak. Pembesaran ini dilakukan untuk memperoleh ikan lele yang memiliki kualitas yang bagus, baik dalam hal manfaat, kandungan, nilai ekonomis, dan produktivitas yang tinggi.
1.2              Tujuan
            Tujuan dilakukannya budidaya ikan lele adalah untuk mempelajari dan mengetahui teknik pengembangbiakan dan pemeliharaan ikan lele dan melakukan proses pembesaran ikan untuk memperoleh ikan lele ukuran konsumsi.




II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Biologi Lele
Ikan lele merupakan ikan yang habitatnya di air tawar. Ikan lele bersifat nocturnal, artinya ikan tersebut aktif mencari makan pada malam hari dan sangat menyukai habitat atau tempat yang gelap, tetapi dalam budidaya ikan lele akan dapat beradaptasi menjadi diurnal.
            Klasifikasi ikan lele berdasarkan taksonomi oleh Saanin (1984) dalam Machditiara (2003) adalah sebagai berikut:
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Subkelas          : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Subordo          : Siluroidea
Famili              : Claridae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias sp.
            Clariidae merupakan famili besar ikan berkumis yang terdapat di perairan tawar Afrika, Syria, India, dan Asia Tenggara. Menurut Viveen dkk. (1987) dalam Yustikasari (2004), ikan lele memiliki karakteristik antara lain di sekitar mulut terdapat delapan kumis, yaitu nasal, maksila, mandibula luar, dan mandibula dalam yang berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan (Najiyati, 1998). Kulit ikan lele berlendir dan tidak memiliki sisik, mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari. Jika menderita strees akan timbul mozaik hitam putih, mulutnya lebar sehingga mampu memakan berbagai bahan makanan baik berupa zooplankton, ikan renik, bahkan memakan bangkai ataupun jenisnya sendiri. Sirip punggung, sirip anal, dan sirip ekor merupakan sirip tunggal, sedangkan pada sirip perut dan sirip dada berpasangan, serta memiliki alat pernapasan tambahan berupa arborescent organ yang terdapat di belakang insang pada bagian kepala dan berbentuk seperti bunga karang.
            Ikan lele mampu bertahan hidup pada lingkungan yang mengandung amoniak (NH3) yang tinggi karena mampu menghasilkan urea (Saha et al, 2003).  Ikan lele memiliki toleransi yang rendah terhadap salinitas air, akan tetapi memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap kadar oksigen yang rendah karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan yaitu arborescen organt berupa kulit tipis seperti spons (bunga karang), yang dapat menangkap oksigen (O2­­­) langsung dari udara bebas. Alat pernafasan tambahan ini hanya bekerja apabila insang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen (Handojo et.al., 1986 dalam Utomo 2006). Arborescent organ terletak pada tulang tapis insang yang kedua dan keempat. Hal tersebut menyebabkan ikan lele mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang kotor dan keruh (Suyanto, 1999 dalam Safitri, 2007).

Gambar 1 Ikan Lele (Clarias sp.)

2.2              Kelangsungan Hidup
            Menurut Effendi (1997), kelangsungan hidup dapat didefinisikan sebagai presentase ikan yang hidup dari keseluruhan ikan yang dipelihara dalam suatu wadah. Kelangsungan hidup larva sangat ditentukan oleh pakan dan jumlah ketersediaan makanan. Selain itu, tingkat kelangsungan hidup larva juga ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air, dan perbandingan antara jumlah makanan terhadap kepadatannya. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dari ikan. Makanan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Djajasewaka, 1985 dalam Safitri, 2007).

2.3              Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan berat nitrogen, protein, ataupun tingkat energi dalam periode waktu tertentu bergantung objek penelitian (Rustidja, 1984). Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Faktor eksternal yang dapat memepengaruhi diantaranya komposisi kimia air dan tanah dasar, suhu air, bahan buangan metabolik, ketersediaan oksigen terlarut, serta pakan ikan. Pada kondisi tertentu, peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air yang terkontrol akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan (critical standing crop) dan jika telah sampai pada batas tertentu  (carrying capacity) maka akan menyebabkan kematian (Hepher dan Pruginin, 1981).

2.4              Konversi Pakan
            Konversi pakan (feed convertion rate) merupakan jumlah pakan yang diperlukan selama budidaya untuk menghasilkan 1 (satu) kilogram ikan. Konversi pakan merupakan parameter yang dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan yang terkait dengan jumlah pakan yang diberikan, yaitu mengetahui jumlah berat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau penambahan berat badan ikan. Nilai konversi pakan menunjukkan bahwa sejauh mana makanan efesiensi dimanfaatkan oleh ikan (Huisman, 1976). Faktor yang mempengaruhi/merangsang aktivitas pakan antara lain suhu, waktu pemberian, lamanya pemberian, cahaya serta rangsangan yang diterima indera seperti bau dan rasa (Lagler et.al., 1977 dalam Kaharudin, 2003).


III.             BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
        Kegiatan praktikum pembesaran ikan lele ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Oktober 2009 sampai dengan tanggal 18 Desember 2009 yang bertempat di Kolam Laboratorim Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Sedangkan untuk pemberian materi praktikum dilaksanakan di Laboratorium Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
     Alat-alat yang digunakan dalam pembesaran ikan lele adalah kolam berukuran 200 m2 dengan tanah dasar dan dinding beton sebagai tempat pembesaran ikan lele, jaring yang digunakan untuk menangkap ikan lele untuk perlakuan sampling, penggaris yang digunakan untuk mengukur panjang tubuh ikan lele pada tiap-tiap sampling, ember yang digunakan sebagai wadah ikan pada saat melakukan sampling, alat tulis yang dipergunakan untuk mencatat dan menghitung hasil sampling, dan timbangan untuk menghitung bobot ikan lele setiap melakukan sampling, menghitung pakan yang diberikan setiap harinya. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan lele dengan padat tebar 10.040 ekor dan pakan ikan berupa pellet.
3.3 Metode Kerja
            Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum ini meliputi: persiapan wadah, penebaran benih ikan lele, sampling, pemberian pakan, pengelolaan air, pemantauan pertumbuhan dan pemanenan ikan lele.
3.3.1 Persiapan Wadah
            Persiapan wadah dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan supaya diperoleh lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan tumbuh maksimal. Tahapan persiapan wadah yang dilakukan meliputi: pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan, dan pengisian air.
               Pengeringan kolam dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh air yang ada di dalam bak yang kemudian dibuang melalui outlet (saluran keluarnya air) dan dijemur dibawah terik matahari. Kolam yang telah kering dilakukan pengapuran yang bertujuan untuk meningkatkan pH tanah, membunuh bibit penyakit, dan ikan liar yang masih hidup dalam kolam tersebut. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu CaCO3 dengan dosis sekitar 20 g/m2. Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar secara merata pada bagian dasar kolam. Tahapan selanjutnya adalah pemupukan yang dilakukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada kolam tersebut. Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik seperti kotoran ayam dan pupuk anorganik  seperti urea dan TSP. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara disebar secara merata atau disebar hanya pada bagian tertentu pada dasar kolam.
               Tahapan akhir pada persiapan wadah adalah pengisian air pada kolam. Sebelum air dimasukkan, pintu pembuangan air harus ditutup terlebih dahulu untuk mencegah hama dan ikan-ikan lain tidak masuk ke kolam. Air dimasukkan dengan cara dipompa dari bak penampungan air ke bak pembesaran ikan lele.
3.3.2 Penebaran Benih Ikan Lele
            Sebelum benih ditebar harus diukur panjang dan ditimbang bobot tubuhnya untuk mengetahui biomassa dan jumlah pakan yang harus diberikan pada ikan. Perbedaan kualitas air antara media pemeliharaan larva dengan media pembesaran benih mengakibatkan benih perlu diadaptasikan (aklimatisasi) terlebih dahulu terhadap kondisi kualitas air (suhu dan pH) dalam wadah pemeliharaan. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan wadah pengangkutan larva di atas air pada wadah pemeliharaan dan membiarkannya selama beberapa menit agar larva bisa menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang baru.
            Hal lain yang perlu diperhatikan selain aklimatisasi adalah padat penebaran. Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per satuan volume atau luas. Padat penebaran  ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain jenis dan tingkah laku ikan, ukuran ikan, ukuran pasar, lama pmeliharaan, produktivitas kolam alami, pakan dan tingkat pemberian pakan, dan metode budidaya. Padat penebaran sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele.
3.3.3 Sampling
            Sampling dilakukan dengan mengambil beberapa ekor ikan yang diasumsikan untuk mewakili ikan lainnya dan kemudian ditimbang bobot dan diukur panjangnya agar dapat ditentukan efisiensi pemberian dan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan.
                Sampling dilakukan secara berkala setiap seminggu sekali dengan mengambil contoh 30 ekor ikan secara acak untuk diukur panjang dan bobot rata-ratanya serta jumlah larva dalam wadah pemeliharaan tersebut. Panjang tubuh ikan diukur dari ujung kepala hingga ujung ekor (panjang total) dengan menggunakan penggaris sedangkan bobotnya dihitung dengan meletakkan 30 ekor ikan tersebut ke wadah di atas timbangan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan Pemantauan ikan yang mati setiap hari juga dapat digunakan untuk menduga populasi yang ada dalam wadah pemeliharaan.
3.3.4 Pemberian Pakan
            Pemberian pakan dilakukan setiap hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang, dan malam hari. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berupa pellet. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan biomassa ikan yang telah diketahui pada saat sampling. Semakin besar bobot tubuh ikan, maka semakin kecil FR. Pakan diberi dengan cara ditebar di permukaan kolam pemeliharaan.
3.3.5 Pengelolaan Air
            Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi larva untuk berkembang, tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang maksimum. Pada praktikum ini, kegiatan pengelolaan kualitas air yang dilakukan pada wadah pemeliharaan adalah pengukuan pH, oksigen terlarut (DO) , dan pergantian air.
            Pengukuran pH dan oksigen terlarut bertujuan untuk mengukur kesesuaian kadar oksigen dan pH. Jika pH terlalu basa ataupun asam akan menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Pergantian air bertujuan untuk membuang feses, amonia, CO2 dan sebagainya ke luar wadah pemeliharaan. Bahan-bahan yang tidak bermanfaat biasanya mengendap di dasar wadah pemeliharaan dan untuk mengeluarkannya dilakukan dengan cara penyiponan/membuangnya ke luar wadah pemeliharaan. Air yang ikut terbuang diganti dengan air baru sehingga pemeliharaan kembali segar.
3.3.6 Pemantauan Pertumbuhan dan Pemanenan Ikan Lele
            Pemantauan ikan lele dilakukan dengan cara sampling, yaitu mengambil beberapa contoh ikan dari wadah pembesaran untuk ditimbang bobot tubuh dan diukur panjang ikan tersebut. Setelah ikan lele yang dibesarkan berukuran konsumsi, makn harus segera dilakukan pemanenan. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara selektif maupun total. Pemanenan yang dilakukan pada praktikum pembesaran ikan lele adalah pemanenan selektif, yaitu memanen ikan lele dengan memilih/memisahkan ikan yang ukurannya berbeda.
3.4 Analisa Data
            Analisa data dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu tingkat kelangsungan hidup, konversi pakan, laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan mutlak.
3.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
            Survival Rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan terakhir yang bertahan hidup dari jumlah  ikan awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Keterangan :    SR : Tingkat kelangsungan hidup larva
                        Nt  : Populasi ikan hari ke-t
                        No : Populasi ikan hari ke-o (awal)
            Mortalitas Rate (MR) atau tingkat kematian ikan adalah persentase jumlah ikan yang mati dari jumlah  ikan awal. Tingkat kematian ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Keterangan :
MR      = Mortality rate (%)
No       = Jumlah populasi awal
Nt        = Jumlah populasi akhir

3.4.2 Konversi Pakan
                Konversi pakan merupakan parameter yang digunakan untuk melihat pertumbuhan yang terkait dengan jumlah pakan yang diberikan, yaitu mengetahui jumlah berat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau penambahan berat badan ikan. Untuk menghitung efisiensi pakan (EPP) dan konversi pakan (FCR) digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
 Wi : Biomassa ikan pada hari ke-i (kg)
Wo : Biomassa ikan pada hari ke-o (kg)
                       Pa  = Jumlah pakan yang diberikan (kg)
                     Wm = Biomassa ikan yang mati (kg)

3.4.3 Laju Pertumbuhan Harian
            Specific growth rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik merupakan laju petumbuhan harian atau persentase pertambahan bobot per hari. Bobot dan panjang ikan lele akan bertambah selama masa pembesaran. Laju pertumbuhan harian ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
SGR    : Laju petumbuhan harian (%/hari)
Wt       : Bobot rataan hari ke-t (gram)
Wo      : Bobot rataan hari ke-o (gram)
t           : Lama pemeliharaan (hari)

3.4.4 Pertumbuhan Mutlak
            Pertambahan bobot rata-rata tiap hari disebut growth rate (GR) atau pertumbuhan mutlak. Pertumbuhan mutlak ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
Wt       : Bobot rataan hari ke-t (gram)
Wo      : Bobot rataan hari ke-o (gram)
t           : Lama pemeliharaan (hari)



           

 

           



IV.             HASIL DAN PEM,BAHASAN

4.1              Hasil
            Berdasarkan praktikum pembesaran lele diperoleh hasil atau data-data yang menunjukkan tingkat keberhasilan masing-masing departemen dalam usaha pembesaran ikan lele. Data-data tersebut antara lain tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan mutlak, hubungan bobot dan waktu, konversi pakan, hasil panen, dan analisis kualitas air.

4.1.1        Tingkat Kelangsungan Hidup
Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Departemen
SR
BDP
88.7
MSP
82.3
THP
79.6
PSP
88.6
ITK
85.9

Grafik 1. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

            Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang dipelihara masing-masing departemen berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele tertinggi terdapat pada departemen BDP yaitu 88,7%. Hasil pada departemen BDP tidak berbeda jauh dengan departemen PSP dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 88,6%. Pada departemen ITK sebesar 85,9% dan departemen MSP sebesar 82,3%. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang paling rendah adalah pada departemen THP sebesar 79,6%.

4.1.2        Laju Pertumbuhan Harian
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific growth rate)
Departemen










1
2
3
4
5
6
7
8
9
BDP

8.07
10.83
8.82
8.62
8.18



MSP

10.54
7.71
8.37
7.39
7.23
6.07
5.53

THP

8.39
8.42
8.16
7.31
6.49
3.95
4.66
2.08
PSP

10.22
8.60
8.60
7.78




ITK

10.27
8.93
8.78
8.09
7.74
6.79
6.15
5.87

Grafik 2. Laju Pertumbuhan Harian (SGR)
            Berdasarkan grafik laju pertumbuhan spesifik atau harian, departemen ITK mengalami perubahan yang cenderung konstan. Laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah pada departemen MSP pada minggu ke-2 sebesar 10,54%, sedangkan laju pertumbuhan spesifik terendah berada pada departemen THP sebesar 2,08% pada minggu ke-9.

4.1.3        Pertumbuhan Mutlak
Tabe 3. Pertumbuhan Mutlak/ Growth Rate
Departemen









1
2
3
4
5
6
7
8
BDP
0.54
1.13
1.59
2.24
2.71



MSP
0.75
0.78
1.32
1.38
1.75
1.86
1.91

THP
0.57
0.97
1.38
1.49
1.42
1.36
2.14
1.38
PSP
0.56
0.75
1.65
1.71




ITK
0.50
0.77
1.16
1.46
1.78
1.50
1.59
1.83

Grafik 3. Laju Pertumbuhan Mutlak (GR)
            Laju pertumbuhan mutlak departemen THP cenderung stabil hingga minggu ke-7, tetapi pada minggu ke-8 mengalami penurunan sebesar 0,76%. Laju pertumbuhan mutlak yang paling stabil dari keseluruhan departemen adalah pada departemen BDP. Semakin lama laju pertumbuhan mutlak departemen BDP semakin meningkat.

4.1.4        Konversi Pakan
Tabel 4. Koversi Pakan
Departemen

Jumlah
Pakan
Biomassa
panen
Biomassa
mati
FCR
EP
BDP
386.57
391.1
28.90
1.05
95.48
MSP
507.60
521
10.02
1.03
95.55
THP
698.06
421.1
9.70785
2.27
44.08
PSP
645.35
425
4.85036
1.65
60.52
ITK
724.10
456
6.70378
1.71
58.59

Grafik 4. Konversi pakan


            Berdasarkan grafik konversi pakan, departemen THP memiliki nilai FCR yang paling besar yaitu 2,27%,  BDP memiliki FCR sebesar 1,05 %. Departemen PSP memiliki FCR  sekitar 1,65%, departemen ITK dengan FCR sebesar 1,71%, dan nilai FCR paling rendah adalah departemen MSP sebesar 1,03%.





























            Berdasarkan data, panen terbanyak adalah pada departemen MSP sebanyak 401 kg dengan ukuran daging seharga Rp 4.010.000,00. Panen lele yang paling sedikit adalah pada departemen PSP sebesar 315 kg dengan ukuran daging seharga Rp 3.150.000,00. Departemen BDP panen sebanyak 265 kg dengan ukuran daging seharga Rp 2.650.000,00, departemen THP panen sebanyak 318,5 kg dengan ukuran daging seharga Rp 3.185.000,00, dan departemen ITK panen sebanyak 333 kg ukuran daging seharga Rp 3.330.000,00. Berdasarkan data, departemen BDP memiliki keuntungan yang paling banyak sebesar Rp 130.000,00 dan kerugian paling besar pada departemen THP sebesar Rp 2.229.933,00. Departemen BDP dengan pemasukan yang paling sedikit, namun dengan pengeluran yang paling sedikit pula. Berbeda dengan THP, memiliki tingkat pemasukan yang tidak jauh berbeda dengan BDP, namun dengan pengeluaran yang paling banyak. Kerugian juga terjadi pada dua departemen lainnya yaitu PSP dan ITK. Keuntungan paling besar adalah pada departemen BDP dan kerugian paling besar pula adalah pada departemen THP.
4.1.6        Analisis Kualitas Air
Tabel  6.  Data kualitas Air
Kelas
lokasi
Parameter
DO
pH
Kesadahan (CaCO3)
alkalinitas
Amoniak (mg/l)
Nitrit  (mg/l)
BDP
In
7,2
6,64
37,79
160
0,12
0,043

Out
7,1
6,63
47,25
176

0,039
MSP
In
6,9
6,85
42,52
72
0,05
0,034

Out
7
6,93
47,25
200
0,08
0,03
THP
In
6,6
6,84
47,25
60
0,29
0,39

Out
6,6
6,92
70,87
172
0,32
0,066
PSP
In
6,6
6,61
94,49
76
0,15
0,044

Out
6,6
6,99
89,76
104
0,4
0,059
ITK
In
6,6
7,76
94,49
72
0,29
0,05

Out
6,6
6,81
94,49
80
0,28
0,055

Tidak ada komentar:

Posting Komentar